A.Pengertian Ingatan
(Memory)
Ingatan (memory) ialah
kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan mereproduksikan kesan-kesan. Jadi,
ada 3 unsur dalam perbuatan ingatan; menerima kesan-kesan, menyimpan dan
mereproduksikan.
Orang yang dapat
mengingat sesuatu kejadian, ini berarti kejadian yang diingat itu pernah
dialami, atau dengan kata lain kejadian itu pernah dimasukkan ke dalam jiwanya,
kemudian disimpan dan pada suatu waktu kejadian itu ditimbulkan kembali dalam
kesadaran. Dengan demikian ingatan itu merupakan kemampuan yang berkaitan
dengan kemampuan untuk menerima atau memasukkan (learning), menyimpan
(retention), dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau
(Woodworth dan Marquis, 1957).[1][1]
Dengan kata lain
ingatan merupakan kemampuan psikis untuk memasukkan (learning), menyimpan
(retention), dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang lampau.
B.
Sifat-Sifat Ingatan (Memory)
Dengan adanya kemampuan
untuk mengingat pada manusia ini berarti ada suatu indikasi bahwa manusia mampu
untuk menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu yang pernah dialami. Namun
tidak berarti bahwa semua yang pernah dialami itu akan tetap tinggal seluruhnya
dalam ingatannya, oleh karena ingatan kemampuan yang terbatas.
Sifat-sifat ingatan :
1. Ingatan yang cepat dan mudah: seorang
dapat dengan mudah dalam menerima kesan-kesan
2. Ingatan yang luas: sekaligus seseorang
dapat menerima banyak kesan-kesan dan dalam daerah yang luas
3. Ingatan yang teguh: kesan yang telah
diterimanya itu tetap tidak berubah, melainkan tetap sebagaimana pada waktu
menerimanya (tidak mudah lupa)
4. Ingatan yang setia: kesan yang telah
diterimanya itu tetap tidak berubah, melainkan tetap sebagaimana pada waktu
menerimanya
5. Ingatan mengabdi atau patuh: kesan yang
pernah dicamkan dapat dengan mudah direproduksi dengan lancar
Gangguan-gangguan
ingatan :
1. lupa : peristiwa yang tidak
dapat memproduksikan tanggapan kita.
2. amnesia : peristwa yang tidak dapat
memproduksikan tanggapan karena ingatan kita tidak sehat.
3. deya vu : ialah sutatu peristiwa
seakan-akan sudah pernah. Sesuatu yang sebenarnya belum ( pengenalan tipuan )
4. jamais vu : ialah peristiwa
seakan akan belum pernah kenal kepada sesuatu yang sebenarnya sudah ( lupa
tipuan )
5. depersonalis, ialah suatu
peristiwa, seorang seorang tidak mengenal dirinya sendiri .contoh : seseorang
berbuat sesuatu, waktu ia ditegur ia tidak mengakui bahwa itu perbuatannya dan
dikatakan bahwa itu perbuatan orang lain. Kalau yang dikatakan ini orang besar
maka peristiwa ini disebut GROOTHEIDSWAN
Prestasi ingatan
berhubungan erat dengan kondisi jasmani, misalnya; kelelehan, sakit, dan kurang
tidur juga menurunkan prestasi ingatan. Dari factor usia, ingatan paling tajam
pada diri manusia ialah kurang lebih pada masa kanak-kanak (10-14 th), dan ini
baik sekali untuk daya ingatan mekanis, yakni daya ingatan yang hanya untuk
kesan-kesan penginderaan. Sesudah umur ini mencamkan dalam ingatan juga dapat
dipertinggi, tetapi hanya untuk kesan-kesan yang mengandung pengertian (daya
ingatan logis). Dan ini berlangsung antara umur 15-50 th.
Ingatan berhubungan
pula dengan emosi seseorang. Factor sugesti dan perasaan memegang peranan besar
dalam penentuan kualitas ingatan. Rasa takut, cemas, ragu-ragu, gugup, minder
dan malu semua dapat mempengaruhi ingatan seseorang.
Salah satu produk dari
ngatan adalah mengenal kembali. Mengenal kembali ialah (recognize) ialah
kesadaran masa lampau sebagai akibat dari pengamatan. Pengenalan kembali itu
berlangsung dengan bantuan impuls dari luar. Disamping pengenalan kembali, ada
peristiwa mengingat kembali (to remember, to recall), yaitu kesadaran masa
lampau, dikaitkan reproduksi. Jika pngenalan kembali ditimbulkan oleh impuls
dari luar maka mengingat kembali disebabkan oleh adanya perangsang/impuls dari
dalam atau internal. Peristiwa lain yang sangat penting dalam ingatan ialah
aktivitas psikis mencamkan (memasukkan-meletakkan). Usaha dengan sengaja
memasukkan-meletakkan bahan pengenalan dalam ingatan itu disebut “memorisasi”.
Dalam memorisasi dapat
berlansung dengan cara “otomatis” atau berlangsung dengan sendirinya, tanpa
menggunakan akal atau tidak sengaja. Sekalipun dengan memorisasi memungkinkan
orang dapat mengingat apa yang telah dipelajarinya, tetapi tidak berarti bahwa
semua “memory traces” ini akan tetap tinggal dengan baik, karena pada suatu
saan akan hilang, dalam hal ini orang mengalami kelupaan. Yang mana seseorang
tidak dapat mereproduksi tanggapan-tanggapan yang pernah dialami, padahal
ingatannya sehat.
Cara penyelidikan
ingatan:
1. Metode mempelajari (the learning method)
Metode ini merupakan
metode untuk menyelidiki kemampuan ingatan dengan cara melihat sampai sejauh
mana waktu yang diperlukan atau usaha yang dijalankan oleh subjek (S), untuk
dapat menguasai materi yang dipelajarai dengan baik.
2. Metode mempelajari kembali (the
relearning method)
Metode ini merupakan
metode yang berbentuk dimana subjek disuruh mempelajari materi kembali yang
pernah dipelajari sampai pada suatu criteria tertentu seperti pada mempelajari
materi tersebut pada pertama kali. Makin sering dipelajari materi tersebut,
waktu yang dibutuhkan semakin pendek. Ini berarti bahwa pada “relearning” ada
waktu yang dihemat atau disimpan. Kerena itu metode ini juga sering disebut
“saving method”.
3. Metode rekonstruksi
Metode ini merupakan
metode yang berbentuk dimana subjek disuruh mengkonstruksi kembali suatu materi
yang diberikan kepadanya. Dalam mengkonstruksi itu dapat diketahui waktu yang
digunakan, kesalahan-kesalahan yang diperbuat sampai pada criteria tertentu.
4. Metode mengenal kembali
Metode ini digunakan
dengan mengambil bentuk dengan cara pengenalan kembali. Subjek disuruh
mempelajari suatu materi, kemudian diberikan materi untuk mengetahui sampai
sejauh mana yang dapat diingan dengan bentuk pilihan benar salah, atau dengan
pilihan ganda (multiple choise).
5. Metode mengingat kembali
Metode ini ialah
mengambil bentuk subjek disuruh mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.
6. Metode assosiasi berpasangan
Metode ini mengambil
bentuk subjek disuruh mempelajari materi secara berpasang-pasangan. Untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan dalam mengingat, dalam evaluasi salah satu
pasangan digunakan sebagai stimulus dan subjek disuruh menyebutkan atau
menimbulkan kembali pasangannya.
C. Pengertian Lupa
Lupa merupakan istilah
yang sangat populer di masyarakat. Dari hari ke hari dan bahkan setiap waktu
pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu, entah hal itu tentang
peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan dilakukan, mungkin
juga sesuatu yang baru saja dilakukan. Fenomena dapat terjadi pada siapapun
juga, tak peduli apakah orang itu anak-anak, remaja, orang tua, guru, pejabat,
profesor, petani dan sebaginya. (syaiful Bahri Djamarah, 2008: 206)
Soal mengingat dan lupa
biasanya juga ditunjukkan dengan satu pengertian saja, yaitu retensi, karena
memang sebenarnya kedua hal tersebut hanyalah memandang hal yang satu dan sama
dari segi berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan, dan hal
yang dilupakan adalah hal yang tidak diingat. (Sumadi Suryabrata, 2006: 47)
Lupa ialah peristiwa
tidak dapat memproduksikan tanggapan-tanggapan kita, sedang ingatan kita sehat.
(Agus Suyanto, 1993: 46), adapula yang mengartikan lupa sebagai suatu gejala di
mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali utnuk
digunakan. (Irwanto, 1991: 150).
Muhibbinsyah (1996)
dalam bukunya yang berjudul psikologi pendidikan mengartikan lupa sebagai
hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memproduksi kembali apa-apa
yang sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana. Gulo (1982) dan Reber
(1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan mengenal atau mengingat
sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari, dengan demikian lupa bukanlah
peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
D.
Proses Terjadinya Lupa
Daya ingatan kita tidak
sempurna. Banyak hal-hal yang pernah diketahui, tidak dapat diingat kembali
atau dilupakan.
Dewasa ini ada empat
cara untuk menerangkan proses lupa keempatnya tidak saling bertentangan,
melainkan saling mengisi.
1. Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam
bagian tertentu diotak kalau materi yang harus diingat itu tidak pernah
digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu
terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena
tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
2. Mungkin pula materi itu tidak lenyap
begitu saja, melainkan mengalami perubahan-perubahan secara sistematis,
mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih simatris,
lebih halus dan kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi.
b. Penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal adalah yang
paling mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas,
sehingga yang diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk
keseluruhan tidak begitu diingat.
c. Asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai
botol, sekalipun bentuk itu bukan botol. Dengan demikian, kita hanya ingat
sebuah botol, tetapi tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan materi di sini
disebabkan bagaimana wajah orang itu tidak kita ingat lagi.
3. Kalau mempelajari hal yang baru, kemungkinan
hal-hal yang sudah kita ingat, tidak dapat kita ingat lagi. Dengan kata lain,
materi kedua menghambat diingatnya kembali materi pertama. Hambatan seperti ini
disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya, mungkin pula materi yang baru kita
pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena terhambat oleh adanya materi
lain yang terlebih dahulu dipelajari, hambatan seperti ini disebut hambatan
proaktif.
4. Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal
ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa mengerikan, menakutkan, penuh dosa,
menjijikan dan sebagainya, atau semua hal yang tidak dapat diterima oleh hati
nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa yang sengaja ini
terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran kita). Pada bentuknya
yang ekstrim, represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa nama sendiri, orang
tua, anak dan istri dan semua hal yang bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia
ini dapat itolong atau disembuhkan melalui psikoterapi atau melalui suatu
peristiwa yang sangat dramatis sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada
penderita. (Ahmad Fauzi, 1997: 52-54)
E.
Faktor-Faktor Penyebab Lupa
Pertama, lupa terjadi
karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam
sistem memori siswa. Dalam interfence theory (teori mengenai gangguan),
gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1) proactive interference, 2) retroactive
interference (Reber, 1988; Best, 1989; Anderson, 1990)
Seorang siswa akan
mengalami gangguan proaktif apabila materi pelajaran yang sudah lama tersimpan
dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru.
Peristiwa ini terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi
pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya
dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja
dipelajari akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali.
Sebaliknya, seorang
siswa akan mengalami gangguan retroaktif apabila materi pelajaran baru membawa
konflik dan gangguan terhadap kembali materi pelajaran lama yang telah lebih
dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini,
materi pejaran lama kan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan
kata lain, siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama tersebut.
Kedua, lupa dapat
terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada,
baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena adanya kemungkinan.
a. Karena item informasi (berupa
pengetahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya) yang diterima siswa kurang
menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam
ketidaksadaran.
b. Karena item informasi yang baru secara
otomatis menekan item informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena
retroaktif.
c. Karena item informasi yang akan
direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah sadar dengan
sendirinya lantaran tidak pernah digunakan.
Itulah pendapat yang
didasarkan para repression theory yakni teori represi/ penekanan (Reber, 1988).
Namun, perlu ditambahkan bahwa istilah “alam ketidaksadaran” dan “alam bawah
sadar” seperti tersebut di atas, merupakan gagasan Sigmund Freud, bapak
psikologi analisis yang banyak mendapat tantanganm baik dari kawan maupun
lawannya itu.
Ketiga, lupa dapat
terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar
dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990). Jika seorang siswa hanya
mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kudanil lewat gambar-gambar yang
ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menybut nama hewan-hewan
tadi ketika melihatnya di kebun binatang.
Keempat, lupa dapat
terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses belajar mengajar
dengan tekun dan serius, tetapi karna sesuatu hal sikap dan minat siswa
tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada guru) maka
materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
Kelima, menurut law of
disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena materi pelajaran
yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut
asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian denga sendirinya akan
masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi
pelajaran baru.
Keenam, lupa tentu saja
dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa yang terserang
penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan geger otak akan
kehilangan ingatan item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.
Meskipun penyebab lupa
itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk diperhatikan para guru
adalah faktor pertama yang meliputi gangguan proaktif dan retroaktif, karena
didukung oleh hasil riset dan eksperimen. Mengenai faktor keenam, tentu saja
semua orang maklum.
Kecuali gangguan
proaktif dan retroaktif, ada satu lagi penemuan baru yang menyimpulkan bahwa
lupa dapat dialami seorang siswa apabila item informasi yang ia serap rusak
sebelum masuk ke memori permanennya. Item yang rusak (decay) itu tidak hilang
dan tetap diproses oleh sistem memori siswa tadi, tetapi terlalu lemah untuk
dipanggil kembali. Kerusakan item informasi tersebut mungkin disebabkan karena
tennggang waktu (delay) antara waktu diserapnya item informasi dengan saat
proses pengkodean dan transformasi dalam memori jangka pendek siswa tersebut
(Best, 1989; Anderson, 1990).
Apakah materi pelajaran
yang terlupakan oleh siswa benar-benar hilang dari ingatan akalnya? Menurut
pandangan ahli psikologi kognitif, “tidak!” materi pelajaran itu masih terdapat
dalam subsistem akal permanen siswa namun terlalu lemah untuk di panggil atau
diingat kembali. Buktinya banyak siswa yang mengeluh “kehilangan ilmu”, setelah
melakukan relearning (belajar lagi) atau mengikuti remedial teaching berfungsi
memperbaiki atau menguatkan item-item informasi yang rusak atau lemah dalam
memori para siswa tersebut, sehingga mereka berhasil mencapai prestasi yang
memuaskan. (Muhibbin Syah, 1996: 160)
F.
Teori-Teori Mengenai Lupa
Lupa merupakan suatu
gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali
untuk digunakan. Ada empat teori tentang lupa, yaitu Decay theory, Interference
theory, Retrieval failure, motivated forgetting, dan lupa karena sebab-sebab
fisiologis. Teori-teori ini khususnya merujuk pada memori jangka panjang.
1. Decay theory
Teori ini beranggapan
bahwa memori menjadi semakin aus aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah
diulang kembali (rehearsal). Teori ini mengandalkan bahwa setiap informasi di
simpan dalam memori akan meninggalkan jejak (memory trace). Jejak-jejak ini
akan rusak atau menghilang bila tidak pernah dipakai lagi. Meskipun demikian, banyak
ahli sekarang menemukan bahwa lupa tidak semata-mata disebabkan oleh ausnya
informasi.
2. Teori interferensi
Teori ini beranggapan
bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori janga panjang masih ada dalam
gudang memori (tidak mengalami keausan). Akan tetapi proses lupa terjadi karena
informasi yang satu menggangu proses mengingat informasi lainnya. Bisa terjadi
bahwa informasi yang baru diterima mengganggu proses mengingat informasi yang
lama, tetapi bisa juga sebaliknya.
Bila informasi yang baru
kita terima, menyebabkan kita sulit mencari informasi yang sudah ada dalam
memori kita, terjadilah interferensi retroaktif. Dalam hidup sehari-hari kita
mengalami hal ini.
Adalagi yang disebut
interferensi proaktif, yaitu informasi yang sudah dalam memori jangka panjang
mengganggu proses mengingat informasi yang baru saja disimpan.
3. Teori retrieval failure
Teori ini sebenarnya
sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang sudah disimpan dalam
memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali
tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan mengingat kembali lebih
disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat
tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk yang tepat), maka informasi tersebut tentu
dapat ditelusuri dan diingat kembali.
4. Teori motivated forgetting
Menurut teori ini, kita
akan cenderung melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang
menyakitkan atau tidak menyenangkan ini cenderung ditekan atau tidak
diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Teori ini didasarkan atas teori
psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Dari penjelasan di atas,
jelas bahwa teori ini juga beranggapan bahwa informasi yang telah disimpan
masih selalu ada.
5. Lupa karena sebab-sebab fisiologis
para peneliti sepakat
bahwa setiap penyimpanan informasi akan disertai berbagai perubahan fisik di
otak. Perubahan fisik ini disebut engram. Gangguan pada engram ini akan
mengakibatkan lupa yang disebut amnesia. Bila yang dilupakan adalah berbagai informasi
yang telah disimpan dalam beberapa waktu yang lalu, yang bersangkutan dikatakan
menderita amnesia retrograd. Bila yang dilupakan adalah informasi yang baru
saja diterimanya, ia dikatakan menderita amnesia anterograd. Karena proses lupa
dalam kedua kasus ini erat hubungannya dengan faktor-faktor biokimiawi otak,
maka kurang menjadi fokus perhatian bagi para pendidik.
G.
Meningkatkan Kemampuan Ingatan
Secara umum usaha-usaha
untuk meningkatkan kemampuan memori harus memenuhi tiga ketentuan sebagai
berikut:
1. Proses memori bukanlah suatu usaha yang
mudah. Oleh karena itu, perlu diperhatikan bahwa pengulangan/rekan. Mekanisme
dalam proses mengingat sangat membantu organisme dalam menghadapi berbagai
persoalan sehari-hari. Seseorang dikatakan “belajar dari pengalaman” karena ia
mampu menggunakan berbagai informasi yang telah diterimanya di masa lalu untuk
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya saat ini.
2. Bahan-bahan yang akan diingat harus
mempunyai hubungan dengan hal-hal lain. Khusus mengenai hal ini, konteks
memegang peranan penting. Dari uraian di depan jelas bahwa memori sangat
dibantu bila informasi yang dipelajari mempunyai kaitan dengan hal-hal yang
sudah dikenal sebelumnya. Konteks dapat berupa peristiwa, tempat, nama sesuatu,
perasaan tertentu dan lain-lain. Konteks ini memberikan retrievel cues atau
karena itu mempermudah recognition.
3. Proses memori memerlukan organisasi.
Salah satu pengorganisasian informasi yang sangat dikenal adalah mnemonik
(bahasa Yunani: mnemosyne, yaitu dewi memori dalam mitologi Yunani). Informasi
diorganisasi sedemikian rupa (dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dikenal)
sehingga informasi yang kompleks mudah untuk diingat kembali.
Salah satu metode
mnemonik yang biasa dilakukan adalah metode loci (method of loci; loci= locus=
tempat). Individu diminta untuk membayangkan suatu tempat yang ia kenal dengan
baik, misalnya rumahnya. Ia membayangkan dari bagian rumah itu, misalnya dari
ruang tamu sampai kekamarnya. Ia membayangkan benda-benda apa saja yang akan
ditemui didekat pintu masuk, di ruang tamu, dekat pintu kamarnya dan di dalam
kamarnya. Kemudian ia diasosiasikan benda-benda tersebut dengan informasi baru
yang harus diingat.
Metode mnemonik lain yang biasa
dipakai adalah metode menghubung-hubungkan (link method), yaitu menghubungkan
informasi yang harus diingat satu dengan lainnya sehingga mempunyai arti, walu
kadang-kadang agak lucu.
Orang yang baru belajar musik
sering harus menghafal tanda-tanda yang amat kompleks. Untuk itu cara seperti
berikut sering banyak membantu:
a. Nada-nada yang naik ½ (kruis/ #) = Gudeg
Djogja Amat Enak Banyak Fitamin
b. Nada-nada yang turun ½ (mol) = Fajar
Bandung Elok Amat Dekat Garut Ciamis
Seorang mahasiswa
psikologi yang ingin menghafalkan spektrum warna harus menempuh jalan sebagai
berikut:
Mau Jadi Koboi Harus
Bisa Naik Unta = Merah Jingga Kuning Hijau Biru Nila Ungu
Pengorganisasian juga bisa
dilakukan dengan membuat suatu akronim sekaligus sebagai suatu kesatuan
informasi (chunk) seperti dalam jembatankeledai yang pernah kita singgung di
depan (LUBER, ANDAL kota BERIMAN, dan lain-lain). (Irwanto, 1991: 152-158)
H.
Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar
Kiat terbaik untuk
mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa. Banyak
ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya, antara
Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990) adalah sebagai berikut:
1. Overlearning
Overlearning (belajar
lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi
pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu
muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atau respons tersebut dengan cara
di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk overlearning, antara
lain pembacaan teks pancasila pada setiap hari senin dan sabtu memungkinkan
ingatan siswa terhadap P4 lebih kuat.
2. Extra Study Time
Extra Study Time
(tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar materi
tertentu berarti siswa menambah jam belajar. Penambahan frekuensi belajar
berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu. Kiat ini
dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
3. Mnemonic Device
Mnemonic device
(muslihat memori) yang sering juga disebut mnemonic itu berarti kiat khusus
yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke
dalam sistem akal siswa.
4. Pengelompokkan
Maksud kiat
pengelompokkan (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi
kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item
tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
5. Latihan Terbagi
Lawan latihan terbagi
(distributed practice) adalah massed practice (latihan terkumpul) yang sudah
dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming. Dalam latihan
terbagi siswa melakukan latihan-latihan waktu-waktu istirahat. Upaya demikian
dilakukan untuk menghindari camming, yakni belajar banyak materi secara
tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. Dalam melaksanakan istributed practice,
siswa dapat menggunakan berbagai metode dan strategi belajar yang efisien.
6. Pengaruh Letak Bersambung
Untuk memperoleh efek
positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect), siswa
dianjurkan menyusun daftar kata0kata (nama, istilah dan sebagainya) yang
diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus
diingat siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna
yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak
perlu diingat. Dengan demikian, kata yang ditulis pada awal yang akhir daftar
tersebut memberi kesan tersendiri dan diharapkan melekat erat dalam subsistem
akal permanen siswa. (Muhibbin Syah, 1996: 160-164)
Ulasan Pemikiran
Artikel ini saya repost
karena menurut saya ini sangat bermanfaat, karena selain kita bisa mengetahui
apa pengertian dari ingatan, kitapun bisa mengetahui macam-macam gangguan, bisa
mengetahui bagaiman proses terjadinya lupa beserta penyebabnya, serta yang
sangat penting adalah kita bisa mengetahui berbagai cara untuk meningkatkan
ingatan dan mencegah terjadinya lupa, dan membantu bagi para pelajar berbagai
kiat atau cara untuk mengurangi lupa dalam belajar. Jika kita tidak ingin
sesuatu yang kita ingat sampai terlupakan, apalagi hal tersebut sangat penting,
maka cara yang bisa kita lakukan adalah dengan terus mengulang-ngulang hal
tersebut dengan cara membaca, mengahapal, mengingat kembali dan sebagainya,
jika hal tersebut dijalankan maka ingatan tersebut akan masuk ke momori
permanen sehingga tidak akan terlupakan.
Sumber : http://diniafriantiefendi.blogspot.co.id/2013/03/ingatan-dan-lupa.html
Casinos near me - Mapyro
BalasHapusFind Casinos Near Me Near Me. Search for Casinos Near You in the area that 속초 출장샵 have got 원주 출장마사지 the 거제 출장안마 closest casino near you. Use mapyro 여수 출장샵 to find 구미 출장마사지 the best casinos near you.